cukup sekali …. Jadi Narsum podcast

Bangga dong jadi nara sumber di podcast Helmy Yahya Bicara, public figure beken, mantan Dirut TVRI dan segudang profesi maupun prestasi lainnya. Beliau berkenan mengundang saya jadi nara sumber terkait kegiatan traveling yang selama ini saya lakukan.

Pada dasarnya saya selalu berani coba apapun yang menantang, atau melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan. Produser mata acara Helmy Yahya Bicara menghubungi saya untuk melakukan rekaman dua hari setelah pertama komunikasi melalui WA. Saya hanya sempat tanya apa yang harus dipersiapkan atau ada yang dilarang, dijawab tidak perlu persiapan dan lain-lain, datang saja. Dan begitulah acara itu terjadi.

Baiklah, saya datang ke studio dengan outfit senyaman mungkin, bahkan saya tidak bisa pakai sepatu karena kaki masih belum pulih pasca operasi. Untung topiknya bukan formal , jadi segala yang santai diperbolehkan. Saya tiba di lokasi 30 menit sebelum waktu yang ditentukan.

Bung Helmy belum ada di lokasi, saya diterima oleh produser acara, beberapa staffnya dan seorang lagi tamu yang akan rekaman hari itu juga. Kami basa-basi dan sambil menunggu saya minta ijin lihat studionya seperti apa, selama ini kenal bentukan studio hanya lewat podcast yang sudah tayang. Ternyata studio itu tidak sebesar bayangan saya. Hanya 2 kursi tunggal, meja kopi kecil, dan 2 kamera ada di 2 sudut berbeda, kedap suara pastinya.

Kondisi studionya mirip ketika saya dan beberapa teman mengisi acara keagamaan buat stasiun TPI , rekaman di daerah Pamulang tepatnya dimana saya lupa. Ini sudah puluhan tahun lalu. Settingnya model ruang tamu gitu. Masih gaya jadul banget.

Beda dengan rekaman sekian puluh tahun lalu, ketika saya jadi peserta kuis Who Wants To Be A Millioner, satu mata acara di RCTI. Dua kali saya rekaman untuk 2 episode di 2 studio berbeda, sekali di RCTI, sekali di studio di daerah Cibubur. Yang ini pakai penonton dan suasananya kompetisi.

Untuk ukuran studio plus bangku penonton bertingkat mirip stadion, ini terasa kecil dibanding hasilnya ketika nonton di TV yang terlihat jauh lebih luas dari aslinya. Dengan adanya penonton, banyak panduan, aturan dan komando bagi penonton, …suasananya tegang pol.

Setelah menjalani rekaman buat podcast, ternyata menjadi narasumber tidaklah mudah. Tanpa skenario, daftar pertanyaan atau alur yang ditentukan sebelumnya, percakapan mengalir secara spontan. Jelas berbincang dengan orang yang belum pernah kita kenal sebelumnya, efeknya jadi lebih menantang, apalagi direkam dan akan ditayangkan untuk umum, tentunya tidak boleh ada salah-salah omong. Itu yang awalnya menjadi kekhawatiran saya.

Ketika bung Helmy akhirnya datang terlambat, kami saling berkenalan dan ngobrol sebentar diluar materi yang akan kita bicarakan nanti. Lalu pasien pertama dipersilakan masuk studio untuk rekaman, sementara saya masih menunggu giliran selanjutnya. Satu jam kemudian mereka selesai rekaman. Kelar itu bung Helmy ngemil jajan pasar dulu , kemudian saya dipasangi microphone dan kami masuk studio.

Lupa bagaimana kodenya ke petugas kamera, tiba-tiba bung Helmy mulai opening dan langsung nanya-nanya. Di sini baru terasa gugup dan ter bata-bata, untung ga lama karena suasananya cair macam ngobrol sama temen. Kagum juga beliau itu ternyata tahu banyak tentang destinasi traveling diseluruh dunia bahkan yang aneh buat orang awam. Selanjutnya saya menikmati percakapan itu dengan tektokan yang nyambung dan saling melengkapi. Ada beberapa pernyataan yang dia keliru atau mungkin ngetest?? 🙊🙊

Satu pengalaman baru buat saya, di podcast tidak ada cut dan re-take, jadi sekalinya salah tidak bisa ulang, bahkan ketika batuk dan minumpun rekaman jalan terus. Berhubung materinya terkait perkara petualangan yang saya alami, seperti buka-buka memori dan semuanya lancar-lancar saja tanpa beban. Tidak terasa perbincangan sampai 1 jam lebih hampir 2 jam. Aman..

Selesai rekaman kami masih lanjut ngobrol beberapa saat, sampai saya teringat minta buku yang beliau tulis dan dibicarakan dalam percakapan tadi, mengenai perjalanan Enrique anak Indonesia yang menjadi orang pertama yang berhasil mengelilingi dunia dengan kapal Spanyol. Senangnya dapat buku lengkap dengan tandatangan beliau.

Dapat buku tuh senang banget ❤️‍
Pake tandatangan pula…..🌹

Sebelum rekaman tayang, hanya satu dua orang teman yang tahu, bahkan orang rumah tidak ada yang saya info. Sekitar 2 minggu kemudian baru tayang di podcast Helmy Yahya Bicara, serentak semua kenalan tau ada yang lewat Tiktok, IG dan lain-lainnya. Saya juga dikasih short promo dan Story IG sama mbak Wita produser acara. Baru mikir-mikir post apa enggak, udah orang lain duluan yang share, memang dasarnya saya itu orangnya jarang posting-posting jadi agak-agak ribet melakukannya.

Setelah nonton hasil editan yang ditayang, duh harap maklum kalau tuturannya beda dibanding public figure yang biasa di wawancara 🙈 . Baru sekali ini saya yang bukan siapa-siapa jadi narsum. Jujur saja lebih lancar bicara tentang proyek di depan klien, yang berpuluh tahun saya lakukan. Padahal kalau dipikir-pikir bebannya beda, presentasi dan diskusi proyek taruhannya goal atau enggak, sedangkan jadi narsum tanpa beban, paling ga ditonton orang.

Kapok jadi narsum, tidak siap mental baca-baca komen yang di luar konteks. Kenapa juga netijen pada kepo soal biaya yang saya pakai buat jalan-jalan. Helloooow …saya kerja keras, kerja halal, bukan dapat warisan, semuanya terwujud atas perkenan Tuhan. Saya memulai puluhan tahun silam , bukan instan. Tentunya ada respons yang positif, terima kasih buat yang support.

Setelah tayang, entah dapat kontak dari mana, tiba-tiba banyak WA dari produser-produser acara TV dan podcast yang isinya minta saya jadi narasumber , bahkan ada yang program dalam bahasa Inggris. Saya tolak semua gara-gara tidak kuat dengan respons negative netijen yang tidak relevan sama materi pembicaraan. Lalu iseng saya lihat host podcast-podcast itu, wahh …. enggak deh, ga cocok.

Ada beberapa teman yang mendorong saya untuk mengambil kesempatan itu, tidaaaak … masih trauma. Nanti kalau Tuhan perkenankan saya tamat mengunjungi semua negara, barangkali shocknya sudah habis, baru saya mau lagi. Itupun hanya kalau bung Helmy Yahya yang minta 😜😜😜, dengan pertimbangan minatnya sama dan pengetahuannya imbang.

Kenangan indah ada pada setiap foto sepanjang dinding.

Kesimpulannya saya ga cocok dan ga pingin jadi bintang. Cukup jadi orang biasa, bisa bantu temen-temen yang perlu info untuk traveling sudah bikin senang. Saya juga dapat banyak pengetahuan dari teman-teman lain yang bergabung dengan group-group traveling, awalnya bahkan kami tidak saling kenal tapi kemudian beberapa jadi kawan satu irama. Disana banyak independent traveler, baik solo maupun rombongan pejalan yang bisa saling bertukar info apapun.

Koleksi emblem ini sesuatu yang patut disyukuri.

7 thoughts on “cukup sekali …. Jadi Narsum podcast

  1. Mantaap mba. Salut dan respect dengan mindset dan pengalamannya. Banyak belajar dari mba. Saya yg hanya baru menginjakkan kaki di 52 negara (dan yg benar2 jelajahi baru 46) itupun sebagian besar karena diajak suami, merasa keciiil tidak ada apa2nya. Walaupun mungkin usia saya lebih senior.

    Like

    1. Terimakasih responsnya mba Yustika, saya juga sudah sepuh kok, tapi tetap masih ingin jalan menuntaskan semua negara…mudah-mudahan Tuhan mengijinkan. Semoga mba Yustika juga bisa terus berkelana kemana mana..

      Like

  2. Akhirnya behind the scene podcastnya diceritakan juga. Aku jadi tahu gambarannya kayak apa ^^

    Aku seneng nonton podcast itu. Bahkan jadi satu-satunya podcast HY yang aku tonton sampai habis. Walau beliau datang terlambat (eh dapat giliran kedua pula hwhw), aku senang podcastnya berhasil dilakukan dan aku bisa nonton.

    Sekarang masih kapok, tapi mudah-mudahan nanti bisa muncul di podcast lain ya mbak Fe.

    Like

    1. waadaaaaaaw….jawara lomba lomba blog nongol.
      Yakin yg kenal aku ga akan berpikir sama dengan para netijen yang bikin kapok itu.
      Kita kita kan udah temenan jaman seru2nya ngeblog ya, sekarang banyak yang pada tiarap.
      Keknya tinggal kamu yang masih rajin nulis, ditunggu kabar menangnya…
      Makasi utk apresiasi dan supportnya Yan….

      Like

  3. Semangat ce Fe, jangan pedulikan komen2 negative dari netijen Indonesia yg suka merasa maha benar. Keep on travelling.

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.