Cataratas Iguazú sisi Argentina

Orang Argentina menulisnya Iguazú, orang Brazil menulis Iguaçu atau Iguassu. Baik Argentina maupun Brazil berhak atas Iguazú , karena letak dari air terjun itu ada diperbatasan kedua negara tersebut, bahkan Paraguay juga memiliki  bagian yang terletak di Taman Nasional Iguazú. Unesco menetapkan Iguazú sebagai warisan yang dilindungi. Kalau ingin puas menjelajah Taman National Iguazú, minimal perlu waktu 2 hari, satu hari untuk melihat dari sisi Argentina, satu hari dari sisi Brazil. Walaupun hanya menyeberang pos kecil , diperbatasan tetap berlaku prosedur masuk dan keluar negara . Hari pertama saya menjelajah wilayah Argentina, setelah malam sebelumnya tiba  dari Buenos Aires.  Pagi pagi saya menunggu bus yang akan membawa ke Taman National Iguazú, dimana di halte tempat saya menunggu bis terlihat cowo India yang kemarin menginap di HI (Hostelling International) yang sama di Buenos Aires. Kemudian kami mengobrol, dia di Iguazú juga menginap di HI tapi beda lokasi dengan saya. Namanya M, mahasiswa kedokteran di London, keluarganya imigran dari India. Saya memang rada2 kurang suka dengan orang India ditempat tempat wisata (maaph) , karena biasanya mereka suka seenaknya minta tolong motretin tanpa peduli kita sedang sibuk motret. Kemudian terbukti M ini juga begitu, tapi kalau dia minta tolong motret saya pura2 tidak dengar, atau saya pelototin, langsung cari korban orang lain disekitarnya.

Tiket masuk Taman National Iguazú berlaku sehari penuh, tapi bila besoknya ingin masuk lagi bisa membeli tiket dengan setengah harga, syaratnya harus minta stamp di tiket waktu keluar Taman. Kompleks taman ini luas sekali, atraksi utamanya adalah air terjun terbesar yang namanya Garganta del Diablo yang artinya Devil’s Throat !!! Kesitulah tujuan pertama saya. M  juga mau kesana dulu, jadi kita sama sama naik Tren Ecologico, kereta beratap dengan bagian samping terbuka, gratis tidak perlu bayar lagi. Kita tinggal bawa peta, semua petunjuknya lengkap ada ditiap tiap pemberhentian kereta. Selain Tenggorokan Setan banyak lagi air terjun yang lebih kecil, walaupun kenyataannya besar besar juga. Kami berhenti di stasiun terakhir Garganta del Diablo, kemudian berjalan kaki mengikuti jalan setapak melewati hutan menuju ke air terjun.  Setelah sampai ke area terbuka, terlihat percikan air yang membubung ke atas, suaranya sudah gemuruh kedengaran sementara air terjunnya sendiri belum kelihatan. Ini memang upper circuit, memandang Garganta del Diablo dari atas. Semakin dekat semburan air semakin kencang terbawa angin, sehingga dalam waktu sekejap kami sudah basah sebadan badan. Lalu saya memutuskan untuk memakai jas hujan plastik transparan beli di pintu masuk tempat beli tiket. Lumayan melindungi badan dari serbuan angin bercampur air. Kami berjalan terus mendekat kepagar pengaman tempat observasi terdekat dengan air terjun. Penggalan terakhir sebelum itu adalah jembatan beralas besi teralis melintas diatas Rio Iguazú . Ketika sampai di tepi air terjun, sudahlah tidak bisa berkata kata lagi, bergolaknya air sebelum jatuh, mengeluarkan suara gemuruh liar mengerikan pas betul kalau dinamakan tenggorokan setan..percikan air yang jatuh kebawah sana terlontar lagi keatas jadi bintik2 air halus, bisa mendadak ada angin yang meniup kearah kita dan seketika lensa kamera basah..bahkan karena derasnya aliran, tempat jatuhnya air tidak terlihat karena selalu tertutup cipratan air .

Kami tidak bisa berlama lama di deck yang sempit itu karena terus terdorong oleh orang orang lain yang akan melihat dahsyatnya Garganta del Diablo. Tujuan berikutnya adalah Salto dos Hermanas. Untuk menuju kesana kami harus kembali ke stasiun kereta awal, kemudian masuk hutan lewat jalan setapak yang arahnya menurun. Ini dinamakan jalur bawah (lower circuit). Di bangunan menara Salto dos Hermanas, ada 2 pilihan …naik lift ke lantai 3 melihat air terjun ditengah tengah, atau turun sekitar 5 lantai untuk main air di air terjun. Kontras sekali yang mau naik ke dek atas pakai jas hujan, sementara yang mau main air dibawah sudah siap dengan bikini dan baju renang. Disini deck nya lebih dekat lagi ke air terjun, bahkan kadang  seperti diguyur air hujan. Bayangkan mau motret tiba2 kesiram air dari arah yang tidak jelas..bagus saja kamera saya tidak rusak waktu itu, dalam sehari sudah 2x kebasahan. Lagi sibuk ngelap lensa kamera, M kumat narsisnya, berhubung ditempat itu sepi tidak banyak orang, bolak balik dia minta tolong difoto dengan background air terjun..halaaah . Foto dia lumayan, sementara dia motret saya dengan sembarangan, lensa kamera penuh bintik2 air tidak dibersihkan dulu..betul kan tebakan saya. Selanjutnya saya ingin naik perahu dibawah guyuran air terjun, eh si M mau juga..jadi kami turun terus ke dermaga pemberangkatan perahu, antrinya panjang dan naik ini harus beli tiket lagi. Masing masing kami dipinjami pelampung, dan diberi kantong terpal tahan air untuk menyimpan barang2, ransel, sepatu dan lain lain.  Jas hujan saya kenakan lagi sebelum pelampung. Akhirnya berangkat juga kami naik perahu karet bermotor , mengarah ke air terjun Mbiguá, disebelahnya ada air terjun San Martin. Pertama perahu berjalan normal, lalu tiba tiba berhenti ketika posisi perahu frontal dengan air terjun, ambil ancang2 dan perahu di gas melaju seolah mau menembus tirai air terjun. Otomatis kami menjerit jerit dan pada saat sudah dekat sekali tiba2 perahu dibelokkan sejajar air terjun…byuuuuur…air terjun sebagian masuk kedalam perahu yang melaju miring2 membuat kami semua berteriak teriak lagi..sambil merasakan guyuran air dari segala arah…basah semua dari kaki sampai kepala. Rasanya persis seperti naik jet coaster di taman hiburan, bedanya ini beneran. Sementara itu crew perahu merekam dengan handycam, ujung ujungnya untuk dijual pada penumpang..saya beli, rekamannya nanti diantar ke hostel..sssstt..M ga beli, tapi dia kemudian bilang mau pinjam untuk direkam di hostelnya, dasar.

Sesudah itu kami masih menjelajah beberapa air terjun lagi, ada yang namanya Salto Bernabé Méndez, Salto Adán y Eva (Adam dan Hawa), Salto Bossetti.. Seharian basah kuyup main air terjun, kemudian menjelang gelap kami kembali naik bus ke kota.

7 thoughts on “Cataratas Iguazú sisi Argentina

      1. aduh maaf ya Prims, kamu kan ngefans banget sama India2an…petualangan ke India memang asik, peninggalan2 budayanya oke, detail2 ornamennya juga bagus banget, colorful n exotis..tapi ya itu etika dan mind mereka memang begitu, satu lagi yg mba ga suka dari mereka kalau antri main sikut, persis kelakuan turis China…itu mba perhatiin dimana mana..hahaaa..

        Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.