Ramadhan di Amman

Pertama kali menginjakkan kaki di Bandara Queen Alila  Amman,sudah terasa nuansa Ramadhan yang sangat kental. Sama seperti di bandara Abu Dhabi tempat transit 4 jam sebelumnya, di sudut2 arrival area terhias dengan tenda2 Bedouin yang cantik, lengkap dengan sofa2 tertutup kain tenun tradisional suku Bedouin dengan motif garis2 merah cerah . Ada juga yang ditata dengan rug motif khas timur tengah, dimana orang dapat menikmati kopi dan duduk2 disana. Disitu disediakan makanan2 kecil yang semuanya serba manis, yang dapat dinikmati oleh semua orang yang lalu lalang ditempat itu. Makanan dan minuman yang ada disitu tersedia dari jam buka puasa setempat sampai dengan waktu sahur. Dan yang lebih menggembirakan adalah semuanya gratis..Sayang perut saya sudah penuh dengan sajian di pesawat, karena secara kebetulan saya beruntung di upgrade ke business class, jadi penerbangan selama 3 jam dari Abu Dhabi ke Amman terasa singkat karena makanan dan minuman yang terus menerus ditawarkan.

Tetapi suasana bandara yang sangat ceria itu membuat mata saya terpuaskan,walaupun saat itu adalah pagi buta, sekitar pk 3.00 pagi waktu setempat. Dan yang mengherankan pada jam2 itu aktivitas bandara masih tinggi dengan terlihatnya banyak penumpang yang akan berangkat atau baru tiba. Saya jadi teringat akan keterangan petugas counter ticket di Jakarta,waktu saya mencari alternatif  jam penerbangan yang tiba di Amman lebih siang. Ternyata hampir semua bandara internasional  negara2 di Timur tengah justru memanfaatkan waktu2 pagi buta yang sangat strategis untuk transit dari negara2 Asia ke Eropa maupun sebaliknya, supaya tiba ditempat tujuan pada jam2 normal.Saya lewatkan kesempatan duduk2 di tenda cantik itu karena saya sangat merindukan tempat tidur hotel setelah perjalanan panjang dari Jakarta delapan belas jam lamanya termasuk transit di Abu Dhabi.

Pagi selanjutnya saya memutuskan untuk jalan2 di downtown Amman . Udaranya sejuk,sehingga saya dapat hilir mudik jalan kaki di downtown dengan nyaman. Pertama yang dapat dilihat adalah banyaknya jenis tanaman palm dimana mana. di jalan,ditaman,dihalaman rumah. Kemudian saya masuk area gold souk ( gold market ) dimana suasananya lengang. Karena Ramadhan, saya harus sembunyi2 kalau ingin minum dari botol air yang selalu ada di ransel . Begitu juga kalau ingin merokok, cari pojokan yang sepi . Yang membingungkan adalah waktu saya lapar tengah hari, saat itu saya ada didalam mall Mecca, mall terbesar di Amman .  Semua resto di lantai food court tutup, baik itu resto lokal maupun yang internasional , termasuk Mc Donal , Starbucks juga kedai2 gelatto . Kursi2nya semua di letakkan terbalik diatas meja. Wah…ini tidak saya perhitungkan sebelumnya. Lalu saya lihat di floor yang sepi itu ada sekelompok anak2 dengan seragam sekolah yang duduk dan makan disitu. Rupanya mereka membawa bekal dari rumah. Jadi saya meniru dengan menurunkan salah satu kursi resto, lalu makan sandwich bawaan dari pesawat yang ada diransel. Untung saya lupa mengeluarkannya dari ransel waktu tiba di hotel, untung juga makanan itu masih baik,walaupun bentuknya sudah agak gepeng.

 Ada pengalaman baru sehubungan dengan Ramadhan dinegara ini. Mayoritas penduduk adalah Islam, menjadikan saya ingin lebih tahu apa lagi yang lain dengan kebiasaan dinegara sendiri. Menjelang buka puasa saya mendengar pengumuman bahwa mall akan tutup dari jam 6.00 sore dan akan buka lagi jam 8.00 malam sampai subuh. Itu yang biasa mereka lakukan hampir disemua mall sepanjang Ramadhan. Jadi saya keluar mall untuk melihat suasana berbuka puasa diluar sana, sebelum pulang ke hotel. Amanlah dinner saya ,karena dekat hotel saya ingat ada toko roti yang tadi pagi saya lihat buka .

Saya tiba di toko roti yang harumnya sudah tercium dari jarak jauh ,sebelum waktu buka puasa.Dari luar terlihat sepi,tetapi begitu masuk toko yang luasnya kira2 100m2 penuh sesak dengan orang2 yang berbelanja, 90%  adalah pria. Jenis roti ada puluhan macam,disusun penuh diatas rak2 tinggi seperti supermarket. Diujung belakang terlihat langsung oven2 yang masih terus menerus memanggang roti,sehingga udara didalam terasa hangat .Terlihat paling laku adalah pita bread  berbentuk bundar tipis, ukurannya luar biasa berdiameter 40cm. Itu jenis roti wajib untuk makan dengan lauk apapun. Caranya belinya lipat sehingga berbentuk 1/4 lingkaran lalu dimasukkan dalam kantong plastik kresek dan bayar di kasir. Yang mengherankan saya, seorang rata2 membeli minimal 20 lembar pita bread, nah yang makan berapa orang ? Saya tergolong dalam 10% pembeli yang berdesak desakan diantara pria yang besar2 disitu.

Disudut lain ada meja panjang yang berisi loyang2 bulat dan tipis,diameternya sekitar 60cm. Masing2 loyang berisi jenis penganan basah yang berbeda, tapi semuanya tercetak full sebesar loyangnya. Cara belinya dengan minta sebesar apa yang kita inginkan, dipotong lalu ditimbang. Mau campur berapa macam juga boleh,saya memilih 3 macam.Satu jenis yang seperti martabak manis,satu dengan lapisan paling bawah ada adonan pie,dan satu lagi berlapis lapis seperti croisant. Dihotel baru saya tahu, tiga macam itu rasanya muanis dan sangat muanis. Saya masih membeli semacam gorengan bentuknya lebih besar sedikit dari biji salak, luarnya dilapis dengan gula cair mengkilat. Namanya entah apa saya lupa, waktu digigit luarnya renyah dan didalamnya ada gula cair lagi yang pekat dan luar biasa manisnya.Lain hari saya selalu membawa roti  dari sarapan hotel, untuk bekal makan siang dimanapun.

Pada kesempatan menjelang buka puasa dihari lain masih di Amman, saya kebetulan berada didekat Mc Donal yang menempati gedung sendiri disekitar hotel . Antrian mobil di jalur drive through sampai membuat jalan disekitar itu macet. Saya jadi ingin tahu bagaimana suasana didalam counter pembelian. Kali ini antrian di counter pembelian 100% pria besar besar  semua. Tempat duduk penuh dengan wanita dan anak2 yang duduk menunggu waktu buka puasa, baik yang sudah menghadapi makanan maupun yang belum mendapatkan pesanannya. Kursi2 di teras luar kosong, jadi saya duduk disitu sambil melihat kebalik kaca menunggu antrian agak sepi. Nyatanya sampai waktu buka puasa tiba antrian bukannya makin reda,tapi malah tambah penuh,sementara diluar udara yang tadinya sejuk tiba tiba berubah jadi dingin sekali,dan membuat saya lapar seketika. Terpaksa saya masuk juga kedalam antrian,dan menjadi satu satunya wanita yang nekat ikut antri. Total makan waktu 2 jam sejak duduk diteras sampai saya mendapat sepotong hamburger,french fries dan semangkuk soup. Bersamaan saat saya mulai menikmati hamburger, sebagian ruangan sudah  kosong dan dibersihkan petugasnya dengan membalikkan kursi2 keatas meja.

Suatu Kamis tengah malam saya perlu mengakses internet,dan harus dilakukan cyber cafe terdekat karena hotel tidak menyediakan sarana itu. Saya lihat dari jendela kamar hotel , keadaan diluar masih ramai, jadi saya memutuskan keluar segera. Malam Jumat disana adalah weekend , karena semua kantor dan sekolah libur pada hari Jumat, dan kebetulan saat Ramadhan semua toko2 buka sampai pagi sementara bar semua tutup. Jadi saya tidak merasa takut sama sekali bahkan ikut menjadi bagian dari keramaian tengah malam disana. Gaya anak2 muda Jordan dimalam hari adalah memarkir sedan2 mewah keluaran Eropa,dengan kap terbuka mereka duduk bercanda sambil minum Coke kalengan. Saya menikmati keceriaan mereka sambil berjalan kedinginan. Satu hal yang lupa saya sebutkan, cowo dan cewe di semua bagian Jordan ganteng2 dan cantik2, termasuk anak2 kecilnya. Kira kira kalau di Indo mereka semua bisa jadi bintang sinetron.

Saya kembali ke hotel pk 3.00  pagi, keadaan manusia yang hilir mudik di pertokoan sudah agak berkurang, tetapi mobil2 mewah yang parkir ditepi jalan tambah ramai, juga yang lewat sambil ngebut dengan rem citcitcit  lebih banyak, tapi tidak ada motor diseluruh negara ini. Bunyi rem yang berdecit decit ini jadi  akrab ditelinga saya selama di Amman . Karena kontur kota Amman bagian Timur dan Selatan sebagian besar adalah ‘Jabal’ atau bukit, maka banyak sekali jalan yang curam2 termasuk disekitar hotel tempat saya tinggal didaerah Al Swaifiyah di wilayah Selatan kota Amman. Tidak heran kalau rem mobil jadi lekas aus. Ditengah malam saya sering terbangun karena bunyi ciiiiit braaakkkk disusul teriakan2 mungkin bertengkar,lalu sepi lagi. Maklum hotel yang saya pakai harus bintang 3 kebawah untuk menghemat biaya perjalanan, maka suara2 diluar sana terdengar jelas. Ini hanya salah satu pengalaman Ramadhan dinegara orang, menyenangkan dan banyak kejadian unik yang berbeda dengan di negeri sendiri.

 

8 thoughts on “Ramadhan di Amman

  1. wah hampir sama dong ramadhan di amman sama di banda aceh. disini siang hari semua resto tutup dan boleh buka jelang buka puasa sejka pukul 4 sore. toko dan mall juga tutup semenjak buka puasa dan buka kembali setelah shalat tarawih berakhir. cuma jelang lebaran aturan ini sedikit longgar. toko tetap buka selama shalat tarawih dilangsungkan.. 🙂

    Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.